Noeyatsoe’s Weblog

Juni 24, 2008

ELEGI PATUNG KUDA

Filed under: Uncategorized — noeyatsoe @ 4:01 am

Sewaktu inyong pulang “kekota”, dan melewati kota Megelang yang ramah, tanpa sengaja pandangan inyong menatap patung yang ada di alun-alun kota Magelang tepatnya  di depan matahari sebelah kanan jalan kalo dari arah semarang. Dibawah patung Pangeran Diponegoro ada tulisan “TURONGGO TITIHAN SEKARING BAWONO”, sambil terus menikmati montor supra x wetonan tahuN rong ewu inyong melanjutkan perjalanan dan ternyata inyong masih kepikiran mengapa kok ditulis sepeti itu bukanlah maksud dan tujuan si pembuat patung sebenarnya adalah untuk menghormati dan menghargai P. Diponegoro yang telah berjasa pada Ibu Pertiwi ini dengan mengangkat senjata melawan kompeni yang penjajah itu, kenapa malah P. Diponegoro ditulis dibelakang kudanya tidaklah didepan, bukanlah yang dimaksud Sekaring Bawono itu adalah P. Diponegoro.

Ternyata masalah tersebut masih belum terpecahkan sampai inyong sampai rumah, dan inyong juga heran mengapa tetap masih berpikir terus, padahal sebenarnya engga’ ada gunanya Lha wong patung kok dipikir sampai serius seolah menjadi bahan kuliah yang akan diujikan.

Setelah malam dengan gaya yang polos dan lugu inyong dekati simbah kakung yang sudah renta namun masih masih menyimpan sinaran kebijakan dan jiwa kehidupan, kemudian inyong lontarkan PR tadi. Simbah kemudian manggut-manggut dan tersenyum memamerkan bekas deretan giginya yang tinggal gusinya saja. Akhinya sampai malam inyong dan simbah sharing pendapatlah nek istilah sekarang. Sehingga akhirnya mengerti juga inyong apa yang dimaksud oleh pembuat atau pemesan patung itu.

Ternyata maknanya bahwa untuk dihormati banyak orang tidaklah harus berada didepan namun dibelakangpun dapat dihormati atau bahkan lebih dihormati, makanya janganlah sekali-kali minta didepan agar dihormati banyak orang, kehormatan sesorang tidak harus ditonjol-tonjolkan atau direkayasa namun kehormatan akan muncul dan timbul ketika seseorang telah memenuhi kodrat dan menjalani peran yang seharusnya memang harus dijalani dengan hati yang tulus, ikhlas dan bersandar pada Illahirob,  semua dijalani tanpa pamrih dan harapan apapun kecuali hanya ingin mengabdikan dirinya pada apa yang telah dipilihnya, tanpa sedikitpun mengharap nanti akan menjadi ini,menjadi itu atau yang lainya, namun semua karena memenuhi naluri jiwa dan ibadah kepadaNya. Masalah nanti akan mendapat penghargaan atau tidak nda’ jadi masalah yang peting terus mengabdi dan berkarya agar  menjadi  berguna bagi orang lain walaupun seberapa kecil peran kita, P. Diponegero nda’ pernah mempunyai cita-cita berjuang agar mendapatkan penghargaan sebagai pahlawan, namun orang-oranglah yang akan menyebutnya sebagai pahlawan walau tidak diminta, namun dengan sendirnya akan terjadi hala yang demikian.

Orang jawa yang masih memegang teguh kejawaannya pasti akan tidak meng-agung-agungkan peran dan perbuatannya kepada orang lain, orang jawa pasti akan selalu berusaha untuk menyembunyikan kesempurnaan dan pengabdiannya, mereka tidak akan menonjolkan peran dan jasa-jasanya yang telah diperbuat. Makanya kamu harus bisa merasa bahwa berada dimana, mendapat peran apa, jalani peranmu dengan ikhlas dan berserah diri dilandasi niat ibadah, masalah nanti itu sudah ada yang mengaturnya. Ibarat hidup ini orkestra kita masing-masing mendapat peran yang harus dijalani seseuai dengan kodrat dan keharusan, jangan sekali-kali melawan kodrat dan keharusan jika ingin orkestra hidup ini indah dan merdu.

Dalam suatu orkestra setiap alat akan memberi warna assamble tersendiri betapa pun kecil dan jarangnya ia beraktifitas dan alat itu harus berperan pada saat memang harus berperan, misal gitar yang harus berperan sebagai gitar berperanlah sebagai gitar jangan sekali-kali memerankan bas atau saxopone, demikian juga saxopone juga harus berperan dan berbunyi layaknya saxopone jangan berbunyi sebagai trombone atau seruling apalagi kendang, akan bubrah orkestra ini natinya. Jika semua alat berpegang teguh pada apa yang harus dijalaninya maka orkestra kita nantinya akan merdu dan indah sehingga akan membuat penikmat menjadi camfort dan selalu menanti serta menunggu orkestra apa lagi yang akan dimainkannya.

Setelah inyong pikir ungkapan simbah kakung benar juga dan inyong baru ngerti sekarang makna yang ada, memang semuanya kita harus pahami dan selami semua yang ada ini terlebih dahulu agar kita dapat mengitepretasikan apa yang kita lihat, kita rasakan dan kita jalani jangan kita ambil dan telan mentah-mentah informasi yang kita terima, memang dalam keseharian inyong sering mendengar orang berpidato “Istri dari Bapak Camat….., Istri dari Bapak Bupati, Istri dari Bapak Gubernur, atau Istri dari Bapak – Bapak yang lain……………..”, bukankah mereka sebenarnya bermaksud ingin menghargai Bapak Camat, Bupati, Gubernur atau bapak-bapak yang lain, disamping menghargai ibu-ibu dan istrinya. Kenapa mereka tidak menyebutkan jabatan suaminya terlebih dahulu malah menyebutkannya dibelakang, inilah mungkin makna yang terkandung dalam filsafat jawa yang penuh misteri ini.

Liding dongeng jika kita ingin dihormati dan diteladani jangan berperan sebagai apa yang bukan menjadi peran kita, berperanlah sebagai diri kita jangan orang lain, jalani peran kita sebaik mungkin walaupun jika dipandang secara duniawi sangat remeh dan tak berarti namun dibalik itu semua akan mempunyai arti dan makna yang luas dan mendalam, yang penting kita jalani peran dengan ikhlas disertai niat ibadah, perkara nanti akan menjadi ini, itu atau yang lain jangan dirisaukan dan jangan pedulikan semuanya sudah ada yang mengatur dan sudh tertulis ketika kita teken kontrak dengan Allah SWT dahulu sewaktu usia kita masuk pada hitungan 40 yang ketiga, sekarang tinggal jalani bagaikan kodrat air yang selalu mengalir dan mengalir dan terus megalir…

Akhirnya semua inyong serahkan kepada pembaca bagaimana menanggapi  fenomena ini dan yang paling akhir walahu alam bi sawab, KEPARENG!

 

 

mBawang, pethite April nol wolu

                                                 Inyong yang selalu  terinspirasi 

“seseorang” yang kukagumi  

cerita kehidupan

Filed under: cerita hidup — noeyatsoe @ 3:56 am

Sore hari yang ceria dan pink ketika inyong pulang kuliah, sambil menunggu angkot yang akan mengantarkan inyong ke Mess, kebetulan disebelah inyong ada bakul buah dengan bermacam-macam jenis dan warna.

Tanpa sengaja pikiran Inyong tertuju pada keranjang apel yang disitu terdapat macam macam apel, ada yang hijau, kuning dan merah menggairahkan. Dari pangamatan inyong sedari tadi kok hanya apel merah saja yang ditawar dan dibeli serta ditimang oleh setiap pembeli yang datang, sedangkan apel hijau yang ada disebelahnya tidak pernah ada orang yang memegang bahkan dilirikpun tidak, kasihan deh lueeeee !.

Kemudian tanpa sengaja dalam benak inyong muncul makna hidup dan kehidupan dari apel merah dan apel hijau, Apel merah dengan pede-nya berkata pada apel hijau “inilah aku si apel merah, wajahku ranum dan menarik perhatian setiap orang, dan setiap orang yang melihatku pasti berpikiran alangkah segarnya aku dan pasti akan membuat rasa puas setelah “menikmatiku”, masih dengan sikap yang pede ia terus mengeluarkan gagasannya, “aku adalah apel yang paling sempurna, wajahku merah ranum dan kulitku halus, mulus tanpa ada cacat sedikitpun, sehingga setiap orang pasti akan melihat dan memilihku untuk dijadikan souvenir, parcel atau sekedar buah tangan untuk orang-orang yang dikasihi dan disayangi, dan aku pasti akan dipajang di ruang tamu atau ruang makan yang indah dan mahal”, “aku pasti akan ditempatkan pada tempat yang indah dan nyaman yang terbuat dari ukiran kayu, perak atau bahkan emas, alangkah sempurnanya hidup aku”, begitu gumamnya

Di lain tempat si apel hijau bergumam “alangkah sialnya nasib ku ini, tidak ada orang yang memilihku, apalagi memilih lha wong melirik saja pun enggak mau” ia merasa seolah hidup ini sudah tidak berarti lagi, bahkan ada  seberkas pikiran ia akan pergi dan pergi jauh …. jauh dan jauh sekali sehingga tiada seorangpun yang akan melihatnya lagi………..

Kemudian si apel hijau dan apel merah, terlibat diskusi lagi “makanya janganlah mau menjadi apel yang hijau, dari warna kulitmu saja setiap orang pasti tidak akan tertarik apalagi membelai setiap orang pasti akan memilihku untuk dibelai dan dinikmati serta dijadikan hadiah kepada orang-orang yang disayangi, mereka tidak akan pernah memilihmu untuk dibelai dan dinikmati karena dari kulitmu pasti orang akan membayangkan bahwa kamu akan terasa asam, dan hambar serta bahkan pahit”. Si apel hijau semakin merasa rendah diri dan tidak berarti lagi hidup ini, dengan wajah yang sayu dan sorot mata kosong ia tatap dunia yang ramai ini.

Pada saat yang sama pula buah rambutan yang ada disebelahnya terus dan terus memperhatikan si apel hijau tadi, kemudian dengan langkah hati-hati dan suara yang lembut ia datangi si apel hijau dan berkatalah dengan penuh atensi “janganlah merasa hidup ini tidak berarti sobat”, Ia terus melanjutkan kalimat bijaknya, “kenalilah potensi dirimu dan kemudian kembangkan apa yang ada pada dirimu tanpa henti dan teruslah kembangkan sehingga nanti engkau kan mendapatkan ………, jalanilah hidupmu sesuai dengan kodratnya teruslah mengalir  hidup dan kehidupanmu bagai air yang jernih dan suci, janganlah sekali-kali engkau merasa tidak puas atas apa yang telah engkau miliki sekarang masih ada esok yang semakin berkembang dn terus berkembang seiring perputaran roda dunia

Si apel hijau merasa terusik oleh petuah rambutan, kemudian ia kembali lagi pada tempat semula sambil masih terus berpikir dan berusaha untuk mensikapi kalimat tadi………………….

Akhirnya si apel hijau dengan mengepalkan tangan dan menariknya ke bawah seraya berkata “yessss…. Aku tahu sekarang, …. aku harus bisa.

Sambil terus tersenyum ia menasehati dirinya atau hanya sekedar menghibur diri inyong ora ngerti lah…………….

Ia sadar Aku sekarang masih hijau penampilanku tidak menarik perhatian orang atau bahkan di hindari jika perlu, namun aku masih punya potensi diri yang dapat kukembangkan dan kuoptimalkan, aku harus bisa dan sekali lagi aku harus bisa, tekad itulah yang ia tancapkan dalam dalam dihati dan selalu disiram dengan semangatnya.

Detak jarum detik terus bergetar dan terus berdetak untuk menyulam menit, kemudian menit berlalu tanpa bosan merajut jam…….. begitu seterusnya……….. sang waktu berlalu untuk menyaksikan semua yang ada ini menjalani hidup lengkap dengan hempasan gelombang kehidupannya masing-masing hingga ……………………………………………………………akhirnya pada suatu saat.

        Kembali pada si apel merah yang ranum tadi suatu pagi Ia bangun dari khayalan dan ilusinya dan ……… alangkah terkejutnya ia melihat warna, wajah dan kulitnya…… Dengan suara parau ia protes kenapa aku……. Kok bisa berubah begini…… Mengapa, why……why………why what happened. sambil terus memegang wajah dan kulitnya yang kelihatan layu dan terlihat mulai ada keriput disana-sini …… terus dan terus berlari……………………………….

Dalam pelariannya tanpa sengaja ia berpapasan dengan si apel hijau kemarin.  Dan ia terkagum-kagum dengan si apel hijau ia melongo dan berguman alangkah cantiknya kamu sekarang apel hijau, kenapa aku menjadi seperti ini sekarang.

Pada saat yang sama juga datang buah rambutan tadi. Sambil tersenyum dan terus tersenyum…………. Ia berkata dengan santai dan penuh makna “itulah hidup yang kita harus jalani dengan ikhlas dan berserah diri serta pasrah pada yang Esa diatas sana, tanpa ada satu makhlukpun yang dapat melawan kodrat dariNya”

Makanya jangan sekali kali kita merasa puas dengan apa yang telah kita miliki sekarang, terutama ilmu dan softskill, teruslah kembangkan potensi diri yang ada seoptimal mungkin agar kita tidak terlindas oleh perkembangan zaman yang selalu bergerak dan dinamis, sebab jika kita merasa puas dengan apa yang kita punyai hari ini, dan tanpa mau mengembangkan potensi maka besok sudah pasti akan tertinggal dan terlindas oleh perkembangan jaman yang berlari sangat kenceng serta tertinggal dari mereka yang selalu berusaha mengembangkan potensinya, masa kedepan adalah masa yang penuh dengan tantangan siapa yang berani mengambil tantangan dan dapat menaklukannya maka ia yang akan memenangi kehidupan ini.

        Apel hijau dengan tetap tanpa menyadari masih juga ikut terkagum-kagum atas apa yang ia miliki sekarang, dalam hatinya juga ikut bertanya mengapa dapat terjadi yang seperti ini, kemudian si rambutan meneruskan kuliah kepada apel hijau  “sekarang janganlah engkau merasa menjadi apel merah yag ranum dan menyegarkan, merasa puas dan bangga dengan apa yang telah engkau peroleh hari ini nanum tetaplah merasa menjadi apel hijau yang selalu bekerja keras mengembangkan potensi diri, karena jika engkau telah merasa puas dengan apa yang telah enkau peroleh sekarang maka sebenarnya engkau telah mati dari kreatifitas dan semangat dan menganggap semua sudah sempurna, padahal diluar sana banyak orang yang sedang dan telah berusaha untuk mengembangkan diri dalam mencapai hidup dan kehidupan yang lebih baik, jika engkau merasa menjadi apel yang merah dan ranum, maka sebentar lagi engkau akan menikmati keluruhan dan degradasi dalam kehidupan, sekali lagi tetaplah menjadi apel yang hijau”.

Akhirnya apel hijau mengerti apa yang dikehendaki rambutan ia tetap merasa menjadi apel yang hijau, sekarang …nanti …atau ..besok, dan tanpa mau mengakui bahwa dirinya sudah menjadi apel yang ranum.

 

Chemarang, pethite April nol wolu

                             Inyong yang selalu  terinspirasi  “seseorang” yang kukagumi  

 

COBA MENGGUNAKAN BLOG

Filed under: matematik — noeyatsoe @ 3:30 am

Matematika, Mitos Masyarakat, dan Implikasinya terhadap Pendidikan Matematika di Sekolah
Author: Abdul Halim Fathani. 4 November 2006 : 8:44 am.
Generate revenue from your website. Google AdSense.

Hello world!

Filed under: Uncategorized — noeyatsoe @ 3:07 am

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!

Blog di WordPress.com.